Capung, Sipenjaga Tanaman Petani

Kalian semua pasti kenalkan sama seranggacapung? ya, saya yakin kalian pasti pernah berjumpa dengannya atau bahkan bermain-main bersamanya di waktu kecil. Capung adalah serngga bersayap yang menjadi sumber inspirasi dari terbentuknya kendaraan helikopter karena bisa terbang statis di udara. Capung memiliki dua pasang saya tipis yang membuatnya bisa terbang dan terbang dengan cepat saat berburu mangsa.

Tapi tahukah kalian keberadaan capung saat ini juga terancam akibat aktivitas kita. Dulu, capung begitu mudah dijumpai di antara rerumputan di ladang, kebun, pematang sawah, dan disekitar tempat-tempat yang memiliki genangan air. Sekarang, pemandangan itu semakin jarang bisa terlihat, banyak sawah-sawah ditimbun dan berganti menjadi pemukiman, banyak rawa-rawa diuruk dan dijadikan gedung-gedung tinggi. Habitat capung semakin berkurang dari waktu ke waktu

Tahukah kalian kalau capung itu mepunyai peran besar bagi kehidupan kita terutama bagi para petani. Di alam, capung memiliki fungsi sebagai pemangsa alami dan penjaga keseimbangan jumlah serangga tertentu sekaligus sebagai pemangsa berbagai jenis hama tanaman seperti wereng dan nyamuk yang sering merusak tanaman dan vektor pembawa virus penyakit. Capung dari mulai larva sudah menjadi predator alami. Saat fase larva, mereka tinggal di dalam air dan memangsa berbagai hewan kecil dan serangga air termasuk didalamnya adalah hama tanaman. Setelah menjadi capung, kebiasaannya memangsa terus dilakukan mengikuti kodratnya. selain menjadi predator, capung juga berfungsi sebagai mangsa bagi berbagai jenis burung. Jadi, capung memiliki fungsi ganda yaitu pemangsa dan dimangsa. Selain itu capung juga menjadi serangga indikator lingkungan dan air, sebuah kawasan itu dikatakan baik atau air itu baik jika diarea tersebut terdapat beraneka ragam jenis capung. Ketika jumlah capung berkurang di alam, maka keseimbangan alampun mulai terganggu, terutama untuk ekosistem sawah.

Penurunan populasi capung di alam terjadi akibat aktivitas perusakan lingkungan, hilangnya hutan, menyusutnya lahan basah yang menopang perkembangbiakan capung, menurunnya kualitas air serta penggunaan pestisida yang berlebihan oleh manusia. Indikator ini saling kait mengkait mempengaruhi perkembangan populasi capung.

Capung itu lebih dari sekadar serangga, capung adalah penanda lingkungan yang sehat. Jika mereka tak lagi terlihat di alam, mungkin alam sedang memberi tanda bahwa ada yang salah dengan air, tanah, atau udara di sekitar kita. Jadi jangan pernah sepelekanserangga kecil ini, tanpa mereka mungkin cerita hidup kita akan berbeda. Menjaga kesehatan air, tanah dan udara adalah hal wajib yang harus kita lakukan agar serangga kecil ini tetap ada dan tidak menjadi sebuah cerita legenda dimasa yang akan datang. Nasib mereka berada ditangan kita bersama.Lakukan yang terbaik agar semuah mahluk hidup tetap menjalankan fungsinya.

Pertanian Agroforestry Memadukan Kebutuhan Ekonomi dan Ekologi

Pertanian agroforestry merupakan sistem pengelolaan lahan yang mengintegrasikan pohon dengan tanaman pertanian atau ternak dalam satu kawasan yang terintegrasi. Konsep ini bukanlah hal baru di negara kita. Konsep ini telah diterapkan secara tradisional oleh nenek moyang kita dan masih terus digunakan oleh masyarakat adat selama berabad-abad. Namun sejak benih unggul dan pupuk kimia dipergunakan dalam sistem pertanian kita menyebabkan banyak petani berubah menyadi petani yang mengembangkan tanaman yang seragam atau homogen. Adanya investasi juga memperburuk keadaan, banyak hutan di tebang dan dirambah untuk dijadikan kebun skala besar.

Tidak hanya pada lahan-lahan mineral dan datar, tanah gambut dan lahan curam juga banyak digunduli demi alasan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menyebabkan kita kehilangan banyak tutupan hutan dan meningkatnya gas rumah kaca yang berimbas pada perubahan iklim. Saat ini pemerintah telah merancang program pemanfaatan 20 juta hektar hutan cadangan untuk dijadikan tempat pertanian dengan sistem agroforestry, dengan mengombinasikan tanaman pangan seperti padi dan jagung dengan pohon berkayu seperti jati dan sengon dan tanaman buah-buahan.

Salah satu keunggulan utama pertanian agroforestry adalah kemampuannya dalam mencegah degradasi lahan dan menjaga tutupan hutan. Berbeda dengan sistem monokultur yang sering kali menyebabkan deforestasi besar-besaran, sistem agroforestry justru memungkinkan lahan tetap produktif tanpa harus membuka hutan baru. Studi yang dilakukan di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi menunjukkan bahwa petani yang menerapkan agroforestri mengalami peningkatan pendapatan sebesar 38-76%. Ini membuktikan bahwa produktivitas ekonomi dapat tetap terjaga tanpa mengorbankan kelestarian hutan.

Dikutip dari halaman Badan Perakitan dan Modernisasi pertanian, sitem pertanian agroforestry selain menjaga keanekaragaman hayati, agroforestry juga memiliki kontribusi besar dalam mitigasi perubahan iklim. Pohon-pohon dalam sistem agroforestry mampu menyerap karbon dioksida 2-4 kali lebih banyak dibandingkan dengan perkebunan monokultur. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa lahan agroforestri di daerah tropis mampu memulihkan 50% biomassa hutan alami dalam kurun waktu 20 tahun. Dengan demikian, sistem ini menjadi salah satu solusi efektif dalam mengurangi emisi karbon dan memperlambat laju perubahan iklim global.

Keuntungan lain dari agroforestry adalah meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat. Petani tidak hanya bergantung pada satu jenis hasil pertanian, tetapi dapat memperoleh keuntungan dari berbagai sumber, seperti kayu, buah, dan tanaman pangan lainnya. Diversifikasi ini sangat penting, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Dengan adanya proyeksi penurunan pasokan komoditas perkebunan pada tahun 2025, penerapan agroforestri dapat menjadi strategi utama untuk menjaga stabilitas ekonomi pedesaan sekaligus memastikan ketahanan pangan di Indonesia.

Dengan manfaat ekologis dan ekonomi yang signifikan, agroforestri menawarkan solusi berkelanjutan dalam menghadapi tantangan deforestasi, perubahan iklim, dan ketahanan pangan. Diperlukan dukungan lebih lanjut dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperluas implementasi agroforestri agar manfaatnya dapat dirasakan secara lebih luas dan berkelanjutan.

Guna mendukung dan mendorong petani kembali menggunakan sistem agroforestry, saat ini Yayasan Perri memiliki program berbgai bibit pohon. Selama periode Agustus-Oktober 2025 ini Yayasan Perri telah membagikan 400 bibit pohon kepada para petani kecil di kabupaten Langkat. Bibit-bibit pohon ini akan mereka tanam di lahan-lahan mereka yang tidak luas. Adapun jenis bibit pohon yang telah dibagikan diantaranya; bibit Kakao, Petai, Alpukat, Durian, Kulit Manis, ketapang kencana, dan lain-lain. Pada bagian sela nantinya akan mereka tanami dengan singkong, jagung, ataupun tanaman sayur-sayuran.

Lebah, Serangga Unik Dan Berperan Penting Dalam Ekosistem

Lebah madu, mendengar namanya saja kita pasti terbayang cairan manis yang mengandung beragam kasiat, untuk obat dan menjaga kesehatan tubuh. Madu memiliki berbagai nutrisi yang dapat diserap tubuh secara langsung tanpa proses yang panjang seperti makanan berat yang kita konsumsi. Tahukah kalian satu sendok madu yang kita minum sesungguhnya adalah hasil dari usaha yang luar biasa dari sekelompok keci lebah, satu sendok madu adalah hasil dari kerja keras 12 ekor lebah yang mengumpulkan nektar dari 30.000 bunga yang mereka datangi dengan bunga yang beraneka ragam. Selama mengumpulkan nektar (bahan baku madu) mereka harus terbang berulang kali. Total jarak terbang mereka jika di kalkulasi sama artinya terbang sejauh ±750 mil atau ±1.200 km.

Sementara itu nektar yang telah dikumpulkan dan diubah menjadi madu prosesnya cukup panjang dan harus mereka kerjakan dengan penuh ketelitian, koloni lebah harus bekerja terorganisir dengan baik. Transformasi nektar melalui proses enzimatik di dalam sarang memerlukan panas tertentu agar cairan nektar dapat berubah menjadi kental dan sistem ini berlaku secara rumit dan tidak sesederhana seperti yang kita pikirkan. Keunikan lainnya, sarang lebah madu terbuat dari zat lilin yang mereka hasilkan, untuk mengaktifkan kelenjar lilin tersebut mereka harus menghabiskan banyak madu. Sarang mereka buat berbentuk heksagonal untuk efesiensi tempat, dan jika kita lihat dari samping sebenarnya sarang-sarang itu memiliki kemiringan tertentu agar madu tidak tumpah. Sebelum nektar dimasukkan ke sarang, lebah yang bertugas sebagai klining servis akan membersihkan sarang-sarang tersebut dan memastikan tidak ada kebocoran di lubang tersebut.

Sementara itu untuk warna, rasa dan tekstur madu yang dihasilkan lebah bergantung dari jenis bunga dan jenis tanaman yang mendominasi dari nektar yang mereka kumpulkan. Setiap bunga menhasilkan warna nektar yang berbeda-beda, makanya dalam setiap kali panen madu peternak lebah biasanya mendapatkan warna dan rasa madu yang berbeda-beda, sesuai dengan tanaman apa yang sedang berbunga.

Peran vital lebah dalam ekosistem tidak hanya hanya sebagai pengumpul nektar untuk madu dan mengumpulkan serbuk sari sebagai polen, mereka juga membantu penyerbukan berbagai bunga tanaman dan menjadi penopang rantai makanan dalam keberlanjutan ekosistem. Tanpa mereka petani bisa gagal panen. Mereka sesungguhnya adalah pahlawan yang kurang diperhatikan oleh para petani atau bahkan kita sendiri. Karena kerajinan dan perannya dalam penyerbukan, di Australia terdapat usaha pengembalaan lebah yang dapat di panggil oleh pihak perkebunan buah tertentu untuk membantu penyerbukan bunga dari perkebunan mereka, kegiatan ini menjadi peluang usaha bagi para peternak lebah disana.

Berdasarkan sebuah penelitian, jika dunia kehilangan lebah, maka kehidupan manusia hanya mampu bertahan selama beberapa tahun saja, sebab sumber makanan yang ada di dunia sebagian besar dibantu oleh lebah dalam proses polinasi atau penyerbukannya. Saat ini keberadaan lebah semakin terancam akibat kecerobohan kita, penggunaan pestisida berlebihan adalah salah satu penyebabnya, selain itu kerusakan ekosistem dan kerusakan hutan juga mengancam populasi lebah.

Jadi, satu sendok madu adalah simbol ketekunan, kerja sama, dan peran penting lebah dalam menjaga keseimbangan alam ini. Tanpa kehadiran mereka entah apa yang akan terjadi.

Yayasan Perri Bangun Edukasi Dengan TBM Boemi Pustaka

Minat membaca buku di Indonesia dinilai masih sangat rendah jika merunut data UNESCO yang menyebut Indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001% atau dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca buku. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) dalam laman resminya juga pernah merilis hasil Riset bertajuk World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung minat membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Salah satu kendala dalam mendorong minat baca masyarakat adalah ketiadaan akses masyarakat terhadap buku. Perpustakaan biasanya hanya ada di kota-kota besar, sementara desa-desa jarang sekali memiliki fasilitas perpustakaan. Sebagian desa yang telah memiliki fasilitas perpustakaan, juga mengalami masalah yang lain lagi yaitu terkait keberagaman buku yang mereka miliki. Umumnya mereka hanya memiliki buku-buku lama, majalah kusam yang kurang terupdate. Harga buku bacaan yang berkualitas tentu saja tidak murah dan tidak semua orang menyisihkan uang mereka untuk membeli buku untuk bisa mereka baca di rumah.

Berdasarkan hal tersebut diatas menjadi penyemangat Yayasan Perri untuk memberikan layanan kemudahan terhadap akses buku bagi masyarakat di sekitar domisili mereka di Sei Bingai dan Binjai. Yayasan Perri Bersama Boemi Pustaka sudah beberapa kali melakukan kunjungan sekolah untuk membuka lapak baca buku gratis bagi siswa-siswi sekolah di sekitaran Sei Bingai dan Binjai. Sebanyak 1500 buku dipersiapkan untuk mendukung kegiatan literasi ini. Selain melakukan lapak baca buku di sekolah , mereka juga membuka pojok baca yang dibuka setiap hari untuk warga desa emplasmen. Anak-anak atau masyarakat dapat langsung ke lokasi pojok baca ini untuk membaca buku disana atau melakukan peminjaman buku untuk mereka baca di rumah dengan hanya mengisi buku peminjaman buku.

Indah yang merupakan relawan Boemi Pustaka dan Yayasan Perri mengatakan '' Kita sudah membuka pojok baca ini sejak bulan agustus lalu dan kita memiliki lebih dari 3000 buku dengan berbagai gendre bacaan seperti cerita anak, pengetahuan alam, olah raga, teknologi, novel, majalah anak, pertanian dan peternakan serta berbagai buku sejarah, politik dan filsafat. Karena lembaga Perri bergerak di bidang konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat maka buku-buku bertema konservasi juga kita sediakan. Umumnya buku bertema konservasi yang kita miliki ada buku cerita anak seperti tentang badak, harimau, gajah, elang, cendrawasih, dinosaurus, orangutan dan lain sebagainya''. Jelasnya.

'' Selain pojok baca dan lapak baca, kita juga melakukan pelatihan-pelatihan kecil untuk anak-anak terkait soft skill dan melatih motorik anak-anak. Dengan pelatihan seperti ini kita harapkan anak-anak akan tumbuh dengan berbagai kemampuan dan kegemaran mereka, sebab setiap anak sesungguhnya adalah istimewa dan telah membawa keminatan atau talenta yang dia bawa sejak lahir. Jadi pelatihan ini sebagai bentuk untuk meningkatkan dan menghargai karya mereka. Seperti bulan september lalu kita melakukan training memasak kue brownies yang diikuti oleh anak-anak perempuan. Berikutnya kita juga ingin membuat kegiatan painting meja yang akan kita buat sebelum akhir tahun ini. Kita juga ajak anak-anak membuat bibit pohon atau menanam pohon bersama sebagai bentuk edukasi secara langsung yang sudah kita lakukan''. Tambah indah

TKD Permata Dukung Agroforestry Di Lahan Gambut

Desa permata termasuk desa yang '' Unik'', Bagaimana tidak, desa ini merupakan salah satu lokasi dilaksanakannya program transmigrasi yang merupakan kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk pemerataan penduduk. Program transmigrasi di Desa Permata dilakukan pada tahun 2012. Desa Permata ini berada di dalam area Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Kapuas-Terentang dan dipilih sebagai salah satu lokasi program transmigrasi domestik nasional bernama Kota Terpadu Mandiri (KTM). Melalui program ini, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya mengajukan permohonan perpindahan penduduk dari kabupaten-kabupaten yang ada di Pulau Jawa dan Sumatra. Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai masalah yang dihadapi Desa Permata, terutama pada awal tahun 2000-an ketika aktivitas pembalakan liar dilarang dan membuat masyarakat memutar otak untuk mencari mata pencaharian pengganti.

Desa Permata merupakan desa yang terdiri dari empat dusun, yakni Dusun Kuala Jaya dan Harapan Baru yang dihuni oleh penduduk lokal, serta Dusun Mutiara Jaya dan Setia Jaya yang merupakan tempat tinggal para transmigran. Sejak tahun 1980-an, masyarakat lokal di Desa Permata memiliki mata pencaharian utama sebagai petani karet. Namun, sejak tahun 2010, ketika perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit mulai beroperasi di desa ini, mata pencaharian dan tutupan lahan gambutpun mulai bergeser. Sejak saat itu hutan sekunder mulai dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, terutama di Dusun Setia Jaya dan Mutiara Jaya. Konversi lahan di kedua dusun ini didominasi perubahan hutan rawa gambut sekunder menjadi semak belukar dan perkebunan kelapa sawit.

Masyarakat tradisional di desa permata sebelumnya sudah terbiasa dengan mata pencaharian yang beragam, seperti bertani karet, jengkol, petai, sayur-sayuran, jahe, nenas dan memancing ikan. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tradisional saat ini lebih memilih tanaman kelapa sawit sebagai tanaman utama mereks. Mohtar warga desa permata mengatakan '' dulu desa permata ini adalah salah satu desa pensuplai sayur-sayuran dan jahe ke kota pontianak, namun sekarang petani menanam lahan mereka dengan kelapa sawit, dan sekarang masyarakat terpaksa membeli sayuran dari desa lain. Tapi hingga saat ini saya belum tertarik menanam kelapa sawit, saya lebih memilih tanaman lain seperti kopi, petai, jengkol dan tanaman buah, sebab menurut saya sawit terlalu rakus unsur hara dan perlu modal besar ''. Terang beliau.

Tim Kerja Desa Permata (TKD) yang merupakan gabungan dari beberapa kelompok elemen di desa desa Permata Kecamatan Trentang, Kabupaten Kubu Raya tahun ini mencanangkan kegiatan agroforesty di lahan-lahan gambut yang mereka miliki. Setelah kegiatan sosialisasi yang dilakukan pada bulan Mei lalu, TKD mulai bergerak dengan melakukan pembangunan rumah pembibitan dan memproduksi 3000 bibit kopi dan tanaman khas lahan gambut di daerah tersebut.

Bapak Herlik yang merupakan Ketua TKD juga memberikan informasi '' Melalui Program Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan yang diusulkan oleh TKD kepada Yayasan Perri, dan didukung oleh PM Haze serta Pan Pacific Conservation Foundation, kami ingin kembali menerapkan sistem agroforestry di lahan gambut yang kami miliki agar tidak hanya produk kelapa sawit saja sebagai penghasilan desa ini, namun ada juga dari sektor-sektor pertanian lainnya. Ya tentu saja kami harus belajar lebih banyak, sebab konsep ini juga sesuatu yang baru buat kami''. Kata beliau.

Sebelumnya program ini berjalan, PM Haze juga telah mendukung aktivitas masyarakat desa permata melalui penanam pohon petai, kopi dan tanaman lain, dimana bibit-bibit pohon tersebut dibagikan kepada masyarakat. Sebanyak 3000 bibit telah di tanam pada tahun lalu di dua lokasi berbeda . Dukungan bibit juga ditanam di lahan-lahan masyarakat yang memperoleh bantuan bibit. Tahun ini masyarakat akan kembali menanam 3000 bibit pohon di dua lokasi dan akan membangun satu sekat kanal untuk pembasahan lahan gambut agar mencegah terjadinya kebakaran lahan di areal penanaman.

Desa Kalibandung Bangun Sekat Kanal Untuk Mencegah Kebakaran

Salah satu langkah dalam pengelolaan lahan gambut berkelanjutan adalah dengan membangun sekat kanal. Pembuatan sekat kanal betujuan untuk melakukan pembasahan gambut dengan membangun penghalang di kanal yang sudah ada untuk menahan laju air agar lahan gambut tetap basah.  Lahan gambut yang basah dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Proses ini melingkupi pemilihan lokasi sekat kanal, desain dan tipe sekat yang sesuai dengan kondisi kanal, serta pembangunan dengan material seperti kayu atau beton. Tujuannya adalah mengembalikan kelembapan alami gambut dan meningkatkan kualitas hidrologi lingkungan gambut di areal tersebut. 


Pada Akhir bulan Juli lalu, LPHD Kalibandung telah menyelesaikan satu unit sekat kanal yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Sekat kanal tersebut mereka buat dengan menggunakan material kayu dan menggunakan pasir sebagai material untuk menahan laju air gambut dari daerah hutan desa yang mereka kelola. 

Hampir setiap tahun kawasan hutan desa ini selalu terbakar pada musim kemarau. Hal ini disebabkan kawasan hutan desa kalibandung umumnya telah menjadi kawasan gambut yang terbuka dan memiliki banyak kanal sehingga lahan gambutnya sangat kering pada saat musim kemarau. Usman yang merupakan masyarakat kalibandung dan merupakan anggota Masyarakat Peduli Api (MPA) desa Kalibandung Mengatakan '' Sumber api biasanya datang dari desa lain atau karena kelalaian para petani yang membersihkan lahan gambut yang mereka ingin tanami, kondisi gambut yang kering dan tidak adanya sekat kanal menyebabkan proses pemadaman api di lahan gambut jadi sangat sulit karena jumlah air di dalam kanal juga sangat terbatas. Adanya sekat kanal ini kiranya dapat menahan laju air pada saat musim kemarau mendatang. Terkhir kali terjadi kebakaran hebat di sini tahun 2023 pada saat bulan Ramadhan dan menghanguskan lebih dari 20 hektar lahan gambut disini, beruntung hujan turun dan api bisa padam''. Tutur Usman.

'' Melalui Program Pengelolaan Lahan Gambut berkelanjutan yang diinisiasi oleh LPHD kalibandung, Yayasan Perri, PM Haze dan Pan Pacific Conservation Foundation, rencananya tahun ini kita akan membangun 2 unit sekat kanal. Satu unit kita buat di lokasi yang dikelola oleh KUPS jahe dan sudah selesai dikerjakan dan satu lagi akan kita bangun di dekat lokasi KUPS Kopi. Kenapa lokasinya kita pilih di lokasi tersebut, hal ini karena kedua lokasi tersebut masuk dalam target penanaman pohon untuk program tahun ini sehingga sekat kanal itu dapat mencegah terjadinya kebakaran saat musim kemarau''. Tambahnya.


Pembangunan sekat kanal ini mendaptkan apresiasi oleh kepala desa kalibandung Bapak Sanhaji S.E beliau mengatakan '' ini sebuah langkah yang sangat positif dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan di desa kita ini, kami harap Yayasan Perri jangan pernah bosan membimbing masyarakat saya, dan rencana yang telah kita gagas bersama kami harap dapat terus dilakukan dan ditingkatkan''. Pesan beliau saat melakukan kegiatan monitoring nursery dan sekat kanal yang telah dilakukan oleh masyarakat kalibandung.

1.200 Pohon Tertanam Di Langkat Melalui Adopsi Pohon

Program adopsi pohon adalah inisiatif konservasi lingkungan di mana individu atau organisasi berkontribusi dana atau partisipasi untuk menanam dan merawat pohon, dengan tujuan utama mengurangi deforestasi, memulihkan ekosistem, menyerap karbon dioksida, serta meningkatkan kesadaran dan ekonomi masyarakat lokal. Partisipan dapat mengadopsi pohon di area hutan, taman, kebun masyarakat, bantaran sungai, atau lahan kritis untuk jangka waktu tertentu, dengan manfaat seperti pengurangan emisi karbon (karbon offset), peningkatan kualitas lingkungan, dan dukungan untuk masyarakat yang menjaga hutan. 

Inisiasi Program '' Adopsi Pohon '' dimulai oleh Yayasan Perri pada bulan Agustus 2025 lalu dan kini mulai diminati banyak orang baik lokal maupun global. Sejak program ini diluncurkan sebanyak 1.200 pohon telah ditanam di wilayah Kabupaten Langkat, umumnya adopter adalah masyarakat yang ingin meniatkan pohon-pohon yang ditanam tersebut untuk anggota keluarga mereka yang telah meninggal dunia atau untuk hadiah bagi orang-orang yang mereka sayangi. 

Tujuan dari program ini adalah untuk membangun gerakan masyarakat gemar menanam pohon untuk mengurangi dampak perubahan iklim secara global. Bisa dibilang aksi ini adalah aksi lokal namun berdampak global. Selain itu program ini juga  membantu petani kecil, sebab lokasi penanaman pohon dari program ini adalah berada pada kebun-kebun masyarakat yang umumnya ukurannya tidak luas.

Ahmad Azhari yang merupakan Pendiri Pesona Rimba Raya Indonesia mengatakan '' Program Adopsi Pohon ini salah satu tujuannya memfasilitasi orang-orang yang ingin menanam pohon namun tidak tahu dimana mereka bisa melakukannya karena mereka tidak memiliki lahan, sementara itu banyak petani kecil di sekitar kita terkendala terhadap akses mendapatkan bibit untuk di tanam, sehingga program ini bisa menjadi jembatan untuk masalah tersebut. mengapa di lahan petani kami tanam? ya karena pohon-pohon tersebut dapat memberi manfaat bagi ekonomi bagi petani dikemudian hari, pohon-pohon tersebut pasti akan berbuah dan bisa mereka jual, dengan demikian pohon-pohon yang ditanam pasti mereka rawat. Manfaat lainnya, pohon-pohon yang ditanam akan terus menyerap karbon dan memberikan oksigen untuk kita bernafas. Pohon-pohon yang ditanam tersebut menyerap banyak karbon sehingga mengurangi atau memperlambat perubahan iklim''. Terangnya.

Program adopsi pohon ini banyak diminati oleh individu-individu, jumlahnya beragam dari mulai 20 pohon hingga 500 pohon. Untuk jumlah pohon yang banyak biasanya adopter tersebut satu keluarga. Selain di lahan-lahan kebun masyarakat, pohon-pohon juga ditanam di bantaran Sungai Kukam yang merupakan bekas tambang pasir illegal dan telah diambil alih oleh desa Pasar VI Kwala Mencirim Pada 2015 silam. Adapun pohon yang ditanam di daerah ini diantaranya ; Matoa, Kayu Manis, Lengkeng, Nangka, Durian, Alpukat dan Kakao. Kita semua berharap pohon-pohon tersebut dapat tumbuh dengan baik dan dapat berdampak baik secara lokal maupun secara global. 

Yayasan Perri Bangun Nursery Untuk Masyarakat

Sejak bulan Mei lalu, Pesona Rimba Raya Indonesia (Yayasan Perri) membangun pusat pembibitan dan melakukan produksi bibit untuk mendukung kegiatan aksi hijau yang diinisiasi oleh masyarakat. Lokasi pembibitan berada di desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat-Sumatera Utara. Bangunan berukuran 5 meter x 5 meter tersebut dibangun atas inisiatif yayasan perri dan dibangun secara swadaya. Bangunan pembibitan tersebut mampu menampung 3000 bibit dalam satu kali produksi. Selama periode Juni-September Yayasan Perri telah memproduksi bibit sebanyak 3.500 bibit pohon diantaranya ; tanaman kakao, tanaman alpukat, durian, lengkeng, kayu manis dan tanaman lainnya.

Muhammad Harmeinsyah yang merupakan Direktur Eksekutif  Yayasan Perri mengatakan '' Pembibitan ini kita dedikasi untuk mendukung aksi hijau yang dilakukan atau diinisiasi oleh masyarakat, misalnya ada kelompok-kelompok masyarakat yang ingin melakukan kegiatan penanaman pohon di desa atau di suatu tempat, mereka dapat mengajukan permohonan bantuan bibit pohon, maka kita bisa berikan bibit yang kita kembangkan ini untuk aksi tersebut secara gratis''. Terangnya.

Selain untuk mendukung aksi hijau dari masyarakat, pembibitan ini juga guna mendukung kegiatan agroforestry inisiatif yang kami gagas serta dapat mendukung program adopsi pohon dan berbagi bibit pohon kepada para petani, khusunya untuk wilayah Sumatera Utara. Tentunya kedepan kami akan menambah jumlah dan jenis pohon yang akan dikembangkan. Tujuannya sederhana, masyarakat kita dapat terfasilitasi akan kebutuhan bibit untuk aksi hijau. Sebab menanam lebih banyak pohon mampu memberikan banyak oksigen, menyerap gas karbon dan memperlambat dampak perubahan iklim, selain itu, ya ada dampak juga secara ekonomi bagi masyarakat berupa buah-buahan''. Tambah Mauhammad Harmeninsyah yang akrab disapa Armen.

Dalam pelaksanaannya, Yayasan Perri memanfaatkan sebagian sampah-sampah rumah tangga menjadi pengganti polybag. Hal ini untuk mengurangi penggunaan plastik dan menggunakan ulang sampah-sampah plastik atau kemasan makanan sebagai upaya dari penggunaan sampah sebagai barang substitusi untuk polybag. Cara ini sekaligus untuk mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan atau menggunakan ulang sampah untuk kegiatan lingkungan

Seperti kita ketahui bersama, Indonesia kehilangan banyak tutupan hutan akibat pembangunan dan investasi, dimana hutan ditebang dan diganti menjadi perkebunan kelapa sawit, pemukiman, atau bahkan menjadi lokasi tambang. Berkurangnya tutupan hutan tentu saja berdampak pada iklim global, bencana datang silih berganti dan banyak tempat mengalami kekeringan dan kekurangan makanan dan sumber air bersih. Sementara itu kawasan pemukiman juga banyak tidak memiliki cukup banyak pohon, sehingga saat kemarau suhu panas semangkin meningkat. Pohon-pohon yang ditanam di area kebun-kebun masyarakat, tepi-tepi jalan dan lahan-lahan terbuka dapat mengurangi dampak tersebut, meskipun peran hutan itu sendiri sebenarnya tidak dapat tergantikan, paling tidak pohon-pohon yang ditanam ini bisa mengurangi tutupan hijau yang kian hari-kian berkurang.

''Adanya nursery ini, paling tidak sudah memberikan harapan agar kita harus segera melakukan sesuatu untuk alam ini, dan kita memulai dari hal yang sederhana, memulai dari seuatu yang kecil dan kita mulai dari diri atau lembaga kita sendiri untuk membangun inisitif lokal dalam mengurai permasalahan global yang kian hari kian kompleks. Nursery ini menjadi sebuah gerakan kolektif kita bersama masyarakat atas dasar bumi ini menunggu aksi nyata kita semua''. Tuturnya

Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan bibit secara gratis dapat menghubungi Yayasan Perri melalui www.yayasanperri.com atau melalui email : yayasanperri@gmail.com atau bisa juga melalui WhatsApps 081573585146.

Yayasan Perri Latih Anggota LPHD Kalibandung dan TKD Permata Teknik Pembibitan

Guna meningkatkan pengetahuan dan kapasitas masyarakat dalam melakukan pembibitan pohon secara mandiri, Pesona Rimba Raya Indonesia melakukan pelatihan pembibitan kepada anggota LPHD Kalibandung dan anggota Tim Kerja Desa Permata. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 31 Mei 2025 dan diikuti oleh 30 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 13 orang perempuan. Peserta merupakan anggota dari KUPS kopi dan KUPS jahe yang merupakan unit usaha dari LPHD kalibandung dan 6 orang anggota TKD desa Permata. 

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat bagaimana membuat bibit yang baik terutama jika sumber bibit berasal dari bibit cabutan dari alam.  Kegiatan ini juga untuk memberikan pemahaman kepada anggota LPHD kalibandung dan TKD terkait proses-proses produksi bibit yang dapat dilakukan oleh masyarakat terutama dalam hal-hal dasar seperti memilih skema jenis pohon untuk kegiatan restorasi dan jenis-jenis bibit untuk kegiatan agroforestri untuk membantu pemulihan lahan gambut yang terdegradasi.

Pada kawasan-kawasan yang terbuka, masyarakat dapat mengembangkan tanaman perintis yang umumnya jenis pohon ini resisten terhadap kondisi gambut yang terbuka, tanaman cepat tumbuh, dan jenis-jenis tanaman perintis umumnya membutuhkan cahaya matahari yang lebih banyak dari pada jenis-jenis pohon di hutan primer. Selain mengembangkan tanaman khas kawasan gambut (tanaman asli) mereka juga dapat mengembangkan tanaman yang memiliki nilai ekonomi dimasa yang akan datang misalnya saja kopi, petai, jengkol, dan tanaman buah lainnya yang juga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik bersama tanaman khas hutan gambut lainnya. 

Dalam pelatihan ini juga, masyarakat memperoleh informasi perlakuan--perlakuan yang harus dilakukan pada bibit-bibit pohon yang diperoleh dari alam seperti ; menyimpan bibit cabutan dari alam di tempat yang vacum, bisa menggunakan kantung plastik untuk mengurangi penguapan setelah pencabutan. Mengurangi jumlah daun atau memperkecil ukuran daun dengan menggunakan gunting serta memotong sebagian akar bibit pohon agar sesuai dengan ukuran polybag.  Memasang sungkup plastik (Chamber) setelah pemindahan bibit ke dalam polybag untuk mengurangi penguapan juga perlu dilakukan untuk meningkatkan persentase tumbuh bibit yang diperoleh dari cabutan di alam. 

Masyarakat juga mendapatkan kesempatan berbagi pengalaman mereka dalam membuat pembibitan. Bapak Hayet salah satunya, beliau bercerita bahwa mereka pernah membuat bibit untuk kegiatan restorasi gambut beberapa tahun silam ''selama ini kami mengalami kegagalan dalam produksi bibit dengan persentase tumbuh yang rendah karena tidak melakukan kaidah-kaidah produksi bibit seperti; tidak mengurangi jumlah daun bibit dan tidak melakukan penyungkupan tanaman setelah dipindahkan ke dalam polybag. Kesalahan lain yang kami sadari dari pelatihan ini adalah dalam pemilihan jenis tanaman, bibit yang dikembangkan untuk kegiatan penanaman di lokasi yang terbuka khususnya untuk tanaman hutan, umumnya kami  mengembangkan tanaman hutan dari hutan primers dan tidak memilih jenis tanaman perintis yang tumbuh lebih cepat di kawasan terbuka, dan ternyata pemilihan jenis itu penting dalam menyesuaikan lingkungan lokasi yang akan ditanam. Kami mengucapkan terimaksih kepada yayasan Perri, PM Haze dan Pan Pacific Conservation Foundation yang telah membuat dan memfasilitasi pelatihan ini yang tentu saja sangat bermanfaat bagi masyarakat sebagai sumber informasi untuk masyarakat kita disini''. Tambah beliau.

''Dari pelatihan ini kami bisa ambil pelajaran, untuk pembibitan kedepan nantinya kami akan memprioritaskan tanaman perintis terlebih dahulu, tanaman mahang rembulan, jampang, leban, mungkin akan dikembangkan terlebih dahulu untuk membuat kawasan gambut terbuka memiliki pohon yang tumbuh dengan cepat sehingga memberikan naungan untuk jenis-jenis pohon yang memerlukan naungan untuk tumbuh seperti kopi, Kakao atau tanaman lainnya''. Tambahnya. 

Dalam pelatihan ini juga, Tim Perri yaitu Ahmad Azhari juga membagikan pengalamannya selama melakukan kegiatan retorasi hutan yang telah ia lakukan bersama beberapa lembaga swadaya masyarakat di sumatera utara dan Aceh.  Azhari mengatakan '' Hal paling penting dalam membuat pembibitan untuk kegiatan restorasi adalah memilih bibit-bibit tanaman lokal dan bukan tanaman eksotis yang kadang memiliki karakter invasif. Kenapa tanaman asli lebih diutamakan, ya karena tanaman asli tersebut telah menyesuaikan diri dengan tempat ini sejak ratusan atau bahkan ribuan tahun yang silam''. Terangnya.

Desa Permata Dan Yayasan Perri Lakukan Sosialisasi Kegiatan Pengelolaan Gambut Berkelanjutan

 

Pemerintahan Desa Permata di Kecamatan Terentang dan Yayasan Perri melaksanakan kegiatan Sosialisasi Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan yang dilakukan pada Jum’at 30 Mei 2025. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan Yayasan Perri saat mengunjungi Kalimantan Barat, dimana sebelumnya juga melakukan hal yang sama di desa Kalibandung. Dalam kegiatan ini juga dilakukan penandatanganan Naskah Kerja Sama antara Yayasan Perri dan Tim Kerja Desa (TKD) Permata untuk program inisiatif Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan di desa ini. 

Kegiatan ini dilakukan di aula desa Permata yang dihadiri oleh 60 orang warga yang mewakili dusun dan berbagai kelompok masyarakat yang ada di desa permata diantaranya kelompok tani, perwakilan pengurus LPHD, kepala dusun, staf desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan lain-lain

Kepala Desa Permata dalam sambutan kegiatan sosialisasi ini mengatakan ‘’Ini merupakan langkah awal Kerjasama yang baik dalam upaya pelestarian lahan gambut di desa kita ini, kita sangat membuka pintu bagi siapa saja yang ingin terlibat membangun desa kita ini yang umunya memang merupakan tanah gambut. TKD tentunya harus serius dalam melaksanakannya, sebab TKD Adalah garda terdepan yang akan menjadi contoh untuk yang lain’’. Papar beliau.

Direktur Eksekutif Perri Muhammad Harmeinsya mengatakan ‘’Kegiatan Sosialisasi ini bertujuan  agar masyarakat mengetahui beberapa kegiatan yang akan dilakukan TKD di desa permata terutama di lahan-lahan milik masyarakat yang masih belum memiliki rencana pengelolaan terhadap lahan yang telah diberikan oleh pemerintah untuk mereka Kelola. Kegiatan ini juga untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat  dalam pengelolaan lahan gambut mereka untuk tidak menggunakan api saat pembersihan lahan dan menanami lahan-lahan mereka dengan tanaman yang bisa melindungi gambut dari kerusakan serta adanya tanaman yang dapat mereka panen untuk menunjang ekonomi keluarga seperti petai, kopi, jengkol, dan tanaman lainnya’’. Ujar beliau.

Ketua Tim Kerja Desa (TKD) Herlik Kiswoyo menyambut baik program ini, beliau mengatakan. ‘’Ini merupakan kesempatan yang belum tentu datang dua kali, masyarakat kita memiliki lahan untum dikelola, setiap keluarga memiliki antara 0,5-2 Hektar, namun sebagian besar belum memiliki rencana mau ditanami dengan apa, Melalui program ini nantinya petani kita memiliki opsi selain tanaman kelapa sawit, lahan-lahan tersebut dapat kita tanami dengan tanaman buah-buahan dan kopi, tanaman khas gambut yang telah tumbuh dapat kita pelihara sebagai tanaman pelindung pohon yang kita tanam sehingga desa kita memiliki produk pertanian lain selain kelapa sawit’’. Terang Herlik di tempat terpisah.

Dalam program tahun ini, Yayasan Perri yang didukung oleh PM Haze dan PPCF juga memberikan dukungan untuk pemerintah desa agar memperoleh bantuan bibit tanaman buah dari pemerintah melalui program KPH Kubu Raya yang dapat dibagikan kepada masyarakat desa permata sehingga masyarakat dapat menanam pohon buah tersebut di lahan mereka masing-masing.

Yayasan Perri Dan Pemerintah Desa Kalibandung Lakukan Sosialisasi Pengelolaan Gambut Berkelanjutan

Yayasan Perri dan Pemerintah Desa Kalibandung menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan yang dilakukan pada Kamis, 29 Mei 2025. Kegiatan ini menjadi langkah awal Kerjasama dalam upaya pelestarian lahan gambut di desa ini, sekaligus pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan lahan gambut secara bijaksana dan berkelanjutan.

Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan lahan gambut, yang selama ini dikenal rawan terhadap kebakaran dan kerusakan ekologis. Program ini mencanangkan pada beberapa kegiatan, di antaranya:

  1. Melakukan Pembasahan Lahan Gambut

Salah satu upaya utama yang disosialisasikan adalah pentingnya melakukan pembasahan lahan gambut guna mengurangi risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di musim kemarau. Kegiatan ini akan dilakukan melalui pembuatan beberapa sekat kanal untuk menahan laju air gambut. Sekat kanal akan meinggikan permukaan air sehingga membasahi lahan-lahan gambut yang kering dan rentan terbakar.

  1. Revegetasi Lahan Gambut Yang Terbuka

Kawasan gambut yang terbuka dan telah lama terdegradasi akan ditanami kembali dengan tumbuhan alami khas gambut serta tanaman bernilai ekonomi seperti jelutung, sagu, kopi dan lain-lain. Hal ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi ekologis gambut sekaligus memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat desa Kalibandung.

  1. Pendampingan dan Edukasi Masyarakat

Dalam kegiatan sosialisasi ini, masyarakat diberikan pemahaman mendalam mengenai risiko bencana kebakaran gambut akibat degradasi lahan gambut dan akibat pengeringan lahan gambut, serta cara-cara pengelolaan dan perlindungan lahan gambut yang tepat. Pendampingan ini akan berlanjut secara berkala oleh tim teknis dari pemerintah desa, LPHD kalibandung dan  Lembaga-lembaga mitra lainnya.

  1. Dukungan Ekonomi yang Ramah Lahan Gambut

Sosialisasi juga memperkenalkan berbagai potensi usaha dan ekonomi alternatif yang dapat dikembangkan tanpa merusak lahan gambut. Ini termasuk pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti madu, tanaman cakar elang, kopi, kegiatan ekowisata, dan pertanian ramah lingkungan.

  1. Pelibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Masyarakat dilibatkan secara aktif dalam menjaga hutan dan habitat satwa langka melalui kegiatan patrol hutan, kegiatan konservasi, serta pengawasan partisipatif. Ini merupakan langkah penting dalam memastikan keberlanjutan dan perlindungan kawasan gambut yang ada di desa ini.

  1. Pembangunan Tutupan Lahan dan Koridor Satwa

Dalam jangka panjang, program ini juga akan membantu terbangunnya kembali tutupan lahan dan koridor hijau yang menjadi jalur alami pergerakan satwa liar, termasuk satwa langka yang ada di kawasan sekitar seperti Orangutan Kalimantan yang merupakan salah satu icon kalimantan. Hal ini guna mendukung upaya perlindungan keanekaragaman hayati yang kini semakin terancam karena kehilangan habitat alami mereka.

Dalam acara tersebut, Kepala Desa Kalibandung menyampaikan harapannya agar program ini menjadi titik balik dalam pengelolaan gambut yang lebih bijak dan ramah lingkungan. "Kami ingin masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga menjadi pelaku utama dalam menjaga dan memulihkan lahan gambut di desa ini demi keberlanjutan hidup bersama," ujar Sanhaji, S.H usai dikonfirmasi.  ‘’Program ini diharapkan dapat menjadi percontohan bagi desa-desa lain dalam menjaga kelestarian lingkungan tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat setempat’’. Tambah beliau.

Sementara itu Direktur Eksekutif Yayasan Perri Muhammad Harmeinsyah menjelaskan ‘’ Kehadiran Perri dan Lembaga Mitra lain seperti PM Haze dan Pan Pacific Cobservation Foundation atau yang lainnya dapat membantu LPHD kalibandung dalam mewujudkan pengelolaan hutan desa secara berkelanjutan. Kerja sama antar pihak sangat diperlukan, sebab bicara pengelolaan lahan gambut artinya kita harus bekerjasama dengan yang lain untuk bisa saling melengkapi’’. Terang beliau dalam kegiatan sosialisasi tersebut.

ARTIKEL LAINNYA