Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat bagaimana membuat bibit yang baik terutama jika sumber bibit berasal dari bibit cabutan dari alam. Kegiatan ini juga untuk memberikan pemahaman kepada anggota LPHD kalibandung dan TKD terkait proses-proses produksi bibit yang dapat dilakukan oleh masyarakat terutama dalam hal-hal dasar seperti memilih skema jenis pohon untuk kegiatan restorasi dan jenis-jenis bibit untuk kegiatan agroforestri untuk membantu pemulihan lahan gambut yang terdegradasi.
Pada kawasan-kawasan yang terbuka, masyarakat dapat mengembangkan tanaman perintis yang umumnya jenis pohon ini resisten terhadap kondisi gambut yang terbuka, tanaman cepat tumbuh, dan jenis-jenis tanaman perintis umumnya membutuhkan cahaya matahari yang lebih banyak dari pada jenis-jenis pohon di hutan primer. Selain mengembangkan tanaman khas kawasan gambut (tanaman asli) mereka juga dapat mengembangkan tanaman yang memiliki nilai ekonomi dimasa yang akan datang misalnya saja kopi, petai, jengkol, dan tanaman buah lainnya yang juga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik bersama tanaman khas hutan gambut lainnya.
Dalam pelatihan ini juga, masyarakat memperoleh informasi perlakuan--perlakuan yang harus dilakukan pada bibit-bibit pohon yang diperoleh dari alam seperti ; menyimpan bibit cabutan dari alam di tempat yang vacum, bisa menggunakan kantung plastik untuk mengurangi penguapan setelah pencabutan. Mengurangi jumlah daun atau memperkecil ukuran daun dengan menggunakan gunting serta memotong sebagian akar bibit pohon agar sesuai dengan ukuran polybag. Memasang sungkup plastik (Chamber) setelah pemindahan bibit ke dalam polybag untuk mengurangi penguapan juga perlu dilakukan untuk meningkatkan persentase tumbuh bibit yang diperoleh dari cabutan di alam.
Masyarakat juga mendapatkan kesempatan berbagi pengalaman mereka dalam membuat pembibitan. Bapak Hayet salah satunya, beliau bercerita bahwa mereka pernah membuat bibit untuk kegiatan restorasi gambut beberapa tahun silam ''selama ini kami mengalami kegagalan dalam produksi bibit dengan persentase tumbuh yang rendah karena tidak melakukan kaidah-kaidah produksi bibit seperti; tidak mengurangi jumlah daun bibit dan tidak melakukan penyungkupan tanaman setelah dipindahkan ke dalam polybag. Kesalahan lain yang kami sadari dari pelatihan ini adalah dalam pemilihan jenis tanaman, bibit yang dikembangkan untuk kegiatan penanaman di lokasi yang terbuka khususnya untuk tanaman hutan, umumnya kami mengembangkan tanaman hutan dari hutan primers dan tidak memilih jenis tanaman perintis yang tumbuh lebih cepat di kawasan terbuka, dan ternyata pemilihan jenis itu penting dalam menyesuaikan lingkungan lokasi yang akan ditanam. Kami mengucapkan terimaksih kepada yayasan Perri, PM Haze dan Pan Pacific Conservation Foundation yang telah membuat dan memfasilitasi pelatihan ini yang tentu saja sangat bermanfaat bagi masyarakat sebagai sumber informasi untuk masyarakat kita disini''. Tambah beliau.
''Dari pelatihan ini kami bisa ambil pelajaran, untuk pembibitan kedepan nantinya kami akan memprioritaskan tanaman perintis terlebih dahulu, tanaman mahang rembulan, jampang, leban, mungkin akan dikembangkan terlebih dahulu untuk membuat kawasan gambut terbuka memiliki pohon yang tumbuh dengan cepat sehingga memberikan naungan untuk jenis-jenis pohon yang memerlukan naungan untuk tumbuh seperti kopi, Kakao atau tanaman lainnya''. Tambahnya.